Kenali Dead Gowns, proyek menawan yang dipimpin oleh penulis lagu berbakat Geneviève Beaudoin. Beroperasi dengan anggun dalam ranah indie pop, Dead Gowns telah memikat pendengar dengan lirik yang menggugah pemikiran dan musik transformatif yang merayakan kekuatan penerimaan diri dan introspeksi. Dengan rilis terbaru mereka, How EP, mereka telah menciptakan gelombang di industri musik, merajut tapestry suara yang beresonansi dengan audiens yang beragam dan berani mengeksplorasi tema penyembuhan dan keaslian. Kejeniusannya terletak tidak hanya pada kemampuan menulis lagu, tetapi juga pada koneksi mereka dengan budaya piringan hitam, yang menambahkan lapisan kedalaman tambahan pada perjalanan musikal mereka. Komitmen mereka terhadap pengalaman taktil piringan hitam sangat terasa, menjadikan rekaman mereka sebagai barang yang wajib dimiliki oleh kolektor dan penggemar.
Kehidupan awal Geneviève Beaudoin adalah tapestry yang dirajut dengan pengalaman kaya yang pada akhirnya membentuk suara artistiknya. Tumbuh dalam lingkungan kreatif, keluarganya mengapresiasi seni, yang menyalakan kecintaannya pada musik sejak usia sangat muda. Dikelilingi oleh berbagai pengaruh musik, Geneviève menemukan ketenangan dan kekuatan dalam menulis lagu, sering mengekspresikan pikiran dan emosinya melalui melodi. Latar belakang budaya tempatnya dibesarkan secara mendalam mempengaruhi pandangannya terhadap dunia, berpadu dengan pengalaman pribadinya untuk melahirkan suara Dead Gowns yang mentah dan jujur. Selama tahun-tahun pembentukannya, ia menemukan kecintaannya pada piringan hitam, membangun koleksi yang kemudian menginspirasi rilis piringan hitamnya sendiri. Pengalaman awal ini memicu kreativitasnya dan memupuk keinginan untuk berbagi suaranya yang unik dengan dunia.
Landscape sonik Dead Gowns menarik dari berbagai pengaruh yang berkontribusi pada suara mereka yang memikat. Artis seperti Fiona Apple dan Joni Mitchell memiliki pengaruh besar dalam DNA musikal Geneviève, lirik introspektif dan melodi emosional mereka bergema dalam karyanya. Kemampuan Beaudoin untuk merajut penceritaan naratif ke dalam penulisan lagunya mencerminkan kekagumannya terhadap musisi ikonik ini. Ia mengeksplorasi berbagai genre, memadukan elemen folk dan alternatif ke dalam komposisinya, menunjukkan kemampuannya sebagai seorang seniman. Bagian integral dari pertumbuhannya adalah penemuan dan pengumpulan piringan hitam dari legenda-legenda ini, yang membentuk arahan artistiknya dan memperkuat hubungannya dengan musik yang menginspirasinya.
Perjalanan Dead Gowns ke industri musik adalah bukti semangat tak tergoyahkan Geneviève Beaudoin. Awalnya dimulai sebagai hobi selama tahun-tahun sekolahnya, Geneviève mulai menulis lagu yang berbicara tentang perjuangan dan keberhasilannya. Bermain di acara kecil di tempat lokal membantu mengasah kemampuannya dan membangun pengikut setia. Setelah rekaman debut EP yang sukses, How EP terlahir berkat kesempatan hibah yang penting di Portland, ME. EP ini bukan hanya kumpulan lagu; itu adalah deklarasi pribadi dan kemasukan ke dunia piringan hitam yang mengarah pada tantangan dan tonggak produksi yang signifikan. Kolaborasi dengan teman-teman dan seniman berbakat memperkaya suara dan memperkuat dedikasinya terhadap kerajinan, akhirnya mengarah kepada rilis piringan hitam pertamanya dengan Vinyl Me, Please.
Momen kejutan bagi Dead Gowns datang dengan rilis single mereka yang menyentuh "Renter Not A Buyer," yang sangat beresonansi dengan audiens dan kritikus. How EP, yang diluncurkan pada 17 November 2023, menampilkan gabungan lirik tulus dan landscape suara yang memikat, mendorong Dead Gowns menjadi sorotan. Kumpulan ini dengan cepat menjadi piringan hitam yang didambakan di kalangan penggemar, mencerminkan momen penemuan diri yang tulus. Dengan lagu-lagu kunci mendapatkan perhatian di tangga lagu, seni Beaudoin dirayakan, yang mengarah pada meningkatnya perhatian media dan basis penggemar yang tumbuh. Pengakuan yang didapat dari karya ini membuka pintu untuk tur yang lebih besar dan penampilan festival, secara tegas menetapkan Dead Gowns sebagai bintang yang sedang naik daun di scene musik kontemporer.
Kehidupan pribadi Geneviève Beaudoin terjalin rumit dengan seninya, menjadi sumber inspirasi untuk musiknya. Dengan pengalaman mulai dari perjuangannya dengan endometriosis hingga berkembangnya rasa diri, lagunya menggali tema kerentanan dan ketahanan. Tantangan pribadi yang dia hadapi tercermin dalam liriknya, di mana dia menciptakan ruang bagi pendengar untuk mengeksplorasi narasi mereka sendiri. Figur-figur berpengaruh dalam hidupnya, termasuk teman-teman dan kolaborator, telah memperkaya ekspresi artistiknya. Komitmen Beaudoin terhadap filantropi dan peningkatan kesadaran tentang isu kesehatan wanita menunjukkan sifat empatiknya, sedangkan musiknya berfungsi sebagai sarana yang kuat untuk pemberdayaan dan penyembuhan. Melalui setiap rilis, Dead Gowns mengundang penggemar ke dalam dunia di mana penceritaan pribadi mendorong eksplorasi pengalaman kolektif.
Mulai tahun 2024, Dead Gowns semakin menjulang tinggi, terus menarik perhatian audiens dengan musik yang autentik dan penampilan yang menarik. Pembuatan How EP telah menempatkan mereka sebagai suara yang menonjol dalam scene musik indie, dan kemitraan terbaru mereka dengan Vinyl Me, Please menyoroti dedikasi mereka terhadap seni vinil. Dengan penghargaan terbaru dan pengakuan yang terus tumbuh, Dead Gowns membuka jalan bagi generasi artis berikutnya. Komitmen mereka yang tak tergoyahkan terhadap keaslian dan integritas artistik memastikan bahwa warisan Geneviève Beaudoin akan terus bergema di dalam komunitas musik, merayakan baik masa lalu maupun evolusi kehidupan melalui suara.
Exclusive 15% Off for Teachers, Students, Military members, Healthcare professionals & First Responders - Get Verified!